Menyibak Kisah Ratu Kidul di Karang Hawu, Pelabuhan Ratu


Ratu Kidul pada mulanya adalah seorang wanita, yang berparas elok.

Kabar Sukabumi.News - Pantai Karang Hawu terletak Pelabuhan Ratu, sekitar 75 kilometer arah selatan Kota Sukabumi, Jawa Barat. Nama Karang Hawu berasal dari adanya gugusan batu karang yang menyerupai hawu atau tungku di lokasi itu.

Keindahan sepanjang pantai selatan Pelabuhan Ratu tak bisa dilepaskan dari cerita misteri seputar Nyai Roro Kidul atau Ratu Kidul. Seorang wanita yang dipercayai warga sebagai ratu penguasa pantai selatan.

Di belakang garis pantai, menyembul bukit-bukit yang rindang oleh pepohonon. Salah satu bukit itu ada yang dikeramatkan warga lokal. Di sini, terdapat kompleks makam, satu di antaranya dipercaya sebagai makam atau petilasan Nyai Roro Kidul. Pada hari tertentu, makam ini ramai dikunjungi orang yang ingin menemui Nyai Roro Kidul.

Petilasan penguasa pantai selatan itu ada di ruangan khusus. Sebuah lukisan besar yang menggambarkan sosok Nyi Mas Ratu Dewi Roro Kidul menjadi penghias ruangan. Ruang ini didekorasi dengan dominasi warna merah. Di sebelahnya, terdapat makam Eyang Sanca Manggala, Eyang Jalah Mata Makuta dan Eyang Syeh Husni Ali.

Adun Setiawan, selama ini menjadi juru kunci petilasan atau makam Nyai Roro Kidul. Dia tinggal di pinggir laut, di bawah bukit Karang Hawu. Konon, menurut Adun, Ratu Kidul pada mulanya adalah seorang wanita, yang berparas elok, Kadita namanya.

Karena kecantikannya, ia sering disebut Dewi Srengenge, yang artinya Matahari Jelita. Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita sangat elok wajahnya, Raja tetap berduka karena tidak mempunyai putra mahkota yang dapat disiapkan.


“Baru setelah Raja memperistrikan Dewi Mutiara lahir seorang anak lelaki. Akan tetapi, begitu mendapatkan perhatian lebih, Dewi Mutiara mulai mengajukan tuntutan-tuntutan, antara lain, memastikan anaknya lelaki akan menggantikan tahta dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama diluluskan, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia,” ujar Adun.

Hari esoknya, pagi-pagi sekali, Mutiara pengutus inang pengasuh memanggil seorang tukang sihir, si Jahil namanya. Kepadanya diperintahkan, agar kepada Dewi Kadita dikirimkan guna-guna.

“Bikin tubuhnya berkudis dan berkurap,” perintahnya. “Kalau berhasil, besar hadiah untuk kamu!” sambungnya. Si Jahil menyanggupinya. Malam harinya, tatkala Kadita sedang lelap, masuklah angin semilir ke dalam kamarnya. Angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai. Tatkala Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis, bernanah dan sangat berbau tidak enak.

Tatkala Raja Munding Wangi mendengar berita ini pada pagi harinya, sangat sedihlah hatinya. Dalam hati tahu bahwa yang diderita Kadita bukan penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja juga sudah menduga, sangat mungkin Mutiara yang melakukan itu. Hanya saja atas desakan patih, putri yang semula sangat cantik itu mesti dibuang jauh agar tidak menjadikan aib.


Maka berangkatlah Kadita seorang diri, bagaikan pengemis yang diusir dari rumah orang kaya. Hatinya remuk redam, air matanya berlinangan. Siang dan malam ia berjalan, dan sudah tujuh hari tujuh malam waktu ditempuhnya, hingga akhirnya ia tiba di pantai Laut Selatan. Kemudian berdiri memandang luasnya lautan, ia bagaikan mendengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke dalam laut.

Tatkala ia mengikuti panggilan itu, begitu tersentuh air, tubuhnya pulih kembali. Jadilah ia wanita cantik seperti sediakala. Tak hanya itu, ia segera menguasai seluruh lautan dan isinya dan mendirikan kerajaan yang megah, kokoh, indah dan berwibawa. “Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan atau Nyai Roro Kidul,” kata Adun.

Tentang Karang Hawu, Adun mengkisahkan bahwa batuan keras berbentuk lempengan yang menjorok ke laut merupakan terumbu karang yang telah mati dan mengeras. “Konon, batu yang menjorok ke laut itu merupakan "singgasana" ratu laut selatan, Nyi Rara Kidul,” ujarnya.

Karang Hawu dikenal sebagai tempat bermukim Nyi Rara Kidul. Di tengah pekat malam, banyak peziarah datang dan "mandi suci" di tepi batu karang.


Sumber: Viva.co.id - https://goo.gl/Tbm6Le




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.